Satrio Arismunandar Sebut Terlalu mengagungkan Gelar Akademik bisa Jadi Pertanda Indikasi Feodalisme
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Jumat, 26 Juli 2024 09:00 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Satrio Arismunandar selaku Sekjen SATUPENA menanggapi diskusi menjaga marwah gelar akademik dengan mengatakan gelar akademik dan jabatan fungsional bisa menjadi tanda-tanda bentu "feodalisme baru."
Pendapat ini disampaikan oleh Satrio Arismunandar untuk menanggapi diskui SATUPENA "Menjaga Marwah Gelar Akademik" yang digelar pada hari Kamis, 25 Juli 2024 kemarin yang dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.
Diskusi SATUPENA ini mengundang Guru Besar Studi Jepang, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), I Ketut Surajaya yang ikut mengundang komentar dari Satrio Arismunandar tentang banyaknya yang memanfaatkan gelar akademik..
Satrio Arismunandar menuturkan, dalam feodalisme tradisional, hierarki sosial sangat kaku dan didasarkan pada kelahiran serta status sosial, seperti bangsawan, tuan tanah, dan petani.
“Terlalu membanggakan gelar akademik dan jabatan fungsional guru besar atau profesor bisa menciptakan hierarki sosial baru berdasarkan tingkat pendidikan,” ujar Satrio.
“Orang-orang dengan gelar akademik tinggi atau jabatan fungsional profesor mungkin dianggap lebih superior atau lebih berharga dibandingkan mereka yang tidak memiliki gelar serupa,” lanjutnya.
Ditambahkan Satrio, feodalisme tradisional menciptakan kesenjangan besar antara kaum elit dan rakyat biasa, dengan akses terhadap sumber daya dan kekuasaan yang sangat terbatas untuk kalangan bawah.
“Pada feodalisme baru, penekanan berlebihan pada gelar akademik dan jabatan fungsional profesor bisa memperbesar kesenjangan antara mereka yang memiliki akses ke pendidikan tinggi berkualitas dan mereka yang tidak,” tutur Satrio.
“Hal ini dapat memperkuat elitisme dan memarjinalkan kelompok masyarakat tertentu,” sambungnya.
Satrio mengungkapkan, feodalisme tradisional lebih menghargai status kelahiran dan gelar kebangsawanan daripada keterampilan praktis atau kontribusi individual.
Sedangkan, tutur Satrio, pada feodalisme baru, fokus yang berlebihan pada gelar akademik dan jabatan fungsional profesor dapat mengabaikan nilai keterampilan praktis, pengalaman, kreativitas, dan bentuk kontribusi lainnya yang tidak selalu membutuhkan pendidikan formal.
“Ini dapat meremehkan potensi dan bakat individu yang tidak terukur oleh gelar akademik dan jabatan fungsional profesor,” ucapnya.
Ditegaskan Satrio, untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif, penting untuk mengakui dan menghargai berbagai bentuk pengetahuan, keterampilan, dan kontribusi dari semua individu, terlepas dari latar belakang pendidikan formal dan status jabatan mereka.*