DECEMBER 9, 2022
News

Denny JA Mengungkap Tiga Fakta Tercecer Sejarah Bangsa

image
Puisi Denny JA tentang sejarah yang bangsa yang menghilang (kiriman)

3/
Sejak Denny J.A. mengibarkan ‘bendera’ puisi esai dalam ranah sastra nasional melalui antologi perdana Atas Nama Cinta (2012), butuh waktu satu windu bagi puisi esai sebelum menjadi lema resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring yang mendefinisikan sebagai ‘jenis puisi yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola berbait-bait berupa fakta, fiksi dan catatan kaki'. 

Puisi esai menjalani metamorfosisnya dalam 12 tahun perjalanannya hingga tahun ini.  Ada setidaknya dua perbedaan format puisi esai periode awal dan periode sekarang, sependek pengamatan saya. 

Pertama pada panjang puisi atau durasi pembacaan jika dibawakan di atas panggung. Jika puisi esai periode awal seperti  Atas Nama Cinta dibawakan para dramawan dan sastrawan Putu Wijaya, Sutardji Calzoum Bachri atau Sujiwo Tejo, maka satu karya membutuhkan waktu 30 – 40 menit pembacaan. 

Baca Juga: Sekjen SATUPENA Sebut dengan IP Licensing Company, Balai Pustaka Bisa Hidupkan Budaya Lama dan Cerita Rakyat

Sementara, karya-karya pada Yang Tercecer ini jauh lebih singkat karena hanya membutuhkan waktu 5-10 menit pembacaan. 

“Memang niat saya untuk semakin melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat agar lebih mengakrabi puisi esai. Salah satunya melalui durasi yang diperpendek tanpa mengurangi relevansi pesan yang disampaikan,” ungkap Denny J.A. kepada saya dalam sebuah pembicaraan. 

Perbedaan kedua antara puisi esai format terdahulu dan format terkini terletak pada cara penulisan catatan kaki. 

Baca Juga: SATUPENA di Tangan Midas

Jika sebelumnya catatan kaki ditulis secara konvensional layaknya dalam konvensi penulisan artikel ilmiah, maka sekarang digantikan dengan gambar QR ( Quick Response) Code yang canggih.

Ini sangat memudahkan bagi pembaca yang tertarik ingin menelusuri lebih jauh referensi faktual atas puisi esai yang tersaji. Misalkan pada puisi esai “Lima Puluh Tahun Kututup Rahasia Itu Rapat-Rapat” yang menggambarkan penderitaan Sonya sebagai jugun ianfu, sebelum dinikahi seorang tentara Inggris usai Perang Dunia II.

Jika QR Code yang disertakan  pada akhir puisi esai ini digunakan pembaca, maka akan muncul tautan sumber berita obituari pada harian The Washington Post berjudul “ Jan Ruff O-Herne, Seeker Dignity for Fellow ‘Comfort Women’ of World War II, Dies at 96” (27 Agustus 2019). 

Baca Juga: Peran SATUPENA di Bawah Kepemimpinan Denny JA Dalam Memperjuangkan Kepentingan Penulis di Era AI

‘ Comfort women’ (wanita penghibur) adalah padanan dalam Bahasa Inggris untuk Bahasa Jepang jugun ianfu.

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Kiriman

Berita Terkait