Diskusi SATUPENA dan Yeni Sahnaz Ungkap Anak Cerdas Rentan jadi Korban Perundungan
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Jumat, 23 Agustus 2024 11:45 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Pendiri Indonesia Peduli Anak Gifted, Yeni Sahnaz, mengungkapkan keprihatinan anak cerdas justru rentan menjadi korban perundungan dalam diskusi SATUPENA.
Yeni Sahnaz yang menjadi narasumber dalam diskusi daring SATUPENA di Jakarta, Kamis malam, 22 Agustus 2024, yang dengan tema belajar dari anak cerdas istimewa.
Dalam diskusi SATUPENA yang diketuai Denny JA ini, Yeni Sahnaz membahas banyak isu berkaitan tantangan merawat anak cerdas di lingkungan masyarakat Indonesia.
Dalam diskusi itu, Yeni Sahnaz mengungkapkan, banyak risiko dialami anak cerdas istimewa justru akibat ketidakpahaman orang tua, guru dan lingkungan.
“Anak cerdas istimewa justru sering mendapat label buruk, seperti dianggap nakal, otak korslet, stres, dan sebagainya,” ujar Yeni, yang kebetulan juga memiliki anak cerdas istimewa.
Yeni menambahkan, bahkan para “ahli” juga bisa salah mendiagnosa. Anak cerdas istimewa dianggap sebagai penyandang autis, ADHD (perilaku impulsif dan hiperaktif), savant, bipolar, bisu-tuli, dan sebagainya.
Baca Juga: Peran SATUPENA di Bawah Kepemimpinan Denny JA Dalam Memperjuangkan Kepentingan Penulis di Era AI
Akibat salah diagnosa, anak cerdas istimewa menderita salah penanganan. Seperti, dalam hal pemberian obat, aneka terapi, dan lain-lain.
Yeni mengungkapkan, anak cerdas istimewa justru bisa memiliki prestasi akademik buruk. “Mereka bisa tidak naik kelas, atau DO (drop out),” ucapnya.
Berkaca dari pengalamannya sendiri dan orang tua lain, Yeni menyebutkan, anak cerdas istimwa tak jarang menderita gangguan mental. Seperti: psikosomatis, kecemasan, stres, depresi, mengisolasi diri, bahkan ingin bunuh diri.
Untuk mengatasi itu, Yeni menyarankan pengasuhan positif. Pahami karakteristik anak dengan ilmu pedagogi dan psikologi.
Bantu anak mengatasi kesulitan dalam proses tumbuh kembang, seperti berbicara, mengelola emosi, dan lain-lain. “Berikan contoh yang baik agar anak memahami aturan yang berlaku di masyarakat,” katanya.
“Perilaku buruk anak diatasi dengan penuh kesabaran tanpa diberikan hukuman. Apresiasi pencapaian anak sesuai kemampuannya dan tidak dibandingkan dengan anak lain,” jelas Yeni.
“Semua proses pengasuhan dilakukan dengan tegas, disiplin positif dan menyenangkan,” ujar ibu dari dua anak ini. *