Catatan Denny JA: Hukum Pertama Hidup bermakna, Hubungan Personal
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Jumat, 18 Oktober 2024 08:45 WIB

-000-
Hubungan dalam Tradisi Spiritualitas dan Esoterika
Sejak ribuan tahun, tradisi spiritual dan esoterika berbagai agama telah menggarisbawahi pentingnya hubungan hangat sebagai sumber kebahagiaan dan kedamaian.
Baca Juga: LSI Denny JA Ungkap Data Keberhasilan Kepemimpinan Presiden Joko Widodo
Namun, dalam konteks agama-agama ini, hubungan bukan hanya tentang kehangatan, tetapi juga pengabdian dan keadilan.
Dalam ajaran agama, cinta kepada sesama bukan hanya sekadar alat untuk kebahagiaan individu, tetapi juga jalan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.
Misalnya, ajaran Islam tentang ukhuwah menekankan pentingnya hubungan sosial yang saling mendukung sebagai bagian dari menciptakan kesejahteraan kolektif.
Baca Juga: LSI Denny JA Rilis Data Tentang Perkembangan Ekonomi 10 Tahun Pemerintahan Jokowi
Dalam tradisi Buddha, cinta kasih atau metta mengajarkan kita untuk memancarkan cinta tanpa syarat kepada semua makhluk.
Kebahagiaan tidak didapatkan dengan menarik diri dari dunia, tetapi dengan memberikan cinta dan perhatian kepada orang lain.
Sementara itu, tradisi Hindu melalui konsep bhakti mengajarkan pengabdian kepada Tuhan dan sesama sebagai ekspresi dari cinta yang murni, di mana kebahagiaan sejati muncul ketika kita memberi, bukan menerima.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Makna Hidup di Era Algoritma
Tradisi mistisisme Sufi melihat hubungan personal sebagai cerminan dari cinta Ilahi. Cinta kepada sesama bukan hanya sarana untuk meraih kebahagiaan individu, tetapi juga cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.