Catatan Denny JA: Mencari Akar Keluarga di Kebumen
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Senin, 16 September 2024 09:25 WIB

Sementara Ayah,
datang dari zaman berbeda,
terasing, terbuang,
dari negara sendiri.
Tahun 1962, ayahnya, Sartono, berangkat ke Rusia.
Bung Karno mengirimnya untuk belajar.
Di dalam kopernya ada buku,
dan bendera merah putih.
Di dalam dadanya,
ada janji kepada kedua orang tua:
“Aku akan pulang,
membangun negeri.”
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mencari Dua Karakter Paus Fransiskus
Namun badai politik tahun 1965,
menggulung habis mimpi.
Mengubah hidup.
Raksasa berperang di desa dan kota.
Di hutan, hewan terpanah.
Di sungai, ikan berdarah.
Rezim berubah.
Negeri yang mengirimnya belajar kini menolaknya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ayah, Semoga Abu Jasadmu Sampai ke Pantai Indonesia
Sartono bagian rezim lama,
harus ditumpas hingga ke akar.
Surat-surat dari tanah air berhenti.
Paspor Sartono dicabut.
“Mengapa negara melupakan kita, Ayah?”
tanya Pubarto saat kecil.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pemulung itu Seorang Doktor
Tahun demi tahun berlalu.
Setiap malam, Sartono berdiri di jendela, di apartemen kecil, di kota Moskow.