Psikolog Jelaskan Alasan Anak Harus Menolak Pernikahan Dini
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Rabu, 09 Oktober 2024 17:20 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Angka pernikahan dini menjadi perhatian tersendiri bagi psikolog di Indonesia dan terus disosialisasikan untuk tidak dinormalisasi.
Psikolog Klinis anak dan Remaja, Reti Oktania M.Psi mengingatkan agar anak di Indonesia tidak semakin terjerumus untuk melakukan pernikahan dini.
Psikolog Reti menekankan kegiatan anak di usia muda harus fokus mengembangkan kepribadian dan karakter yang positif alih-alih melakukan pernikahan dini.
Baca Juga: Menurut Psikolog Pelukan dari Orang Tua tanda Cinta pada Anak
Menurut Reti, anak remaja harus menyadari kompetensi yang dimiliki dan harus dikembangkan agar mempunyai masa depan yang baik dan cerah.
Ada lima konsep yang harus mereka kembangkan: kompetensi skolastik, penerimaan sosial, kompetensi atletik, penampilan diri, dan tingkah laku.
"Setelah remaja mencapai usia dewasa, mereka diharapkan sudah siap bertanggung jawab atas pilihan hidup, termasuk menikah, berkat pengembangan lima konsep ini," jelasnya.
Baca Juga: Penjelasan dan Cara Mengatasi Emotional Numbness Menurut Psikolog
Remaja yang menikah dini sering kali belum sepenuhnya mengenali diri mereka, yang dapat berdampak negatif ketika mereka menjadi orang tua.
Reti menambahkan bahwa otak depan manusia baru matang sekitar usia 24 atau 25 tahun, dan bagian otak ini sangat penting untuk pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
"Banyak orang tua yang belum siap, tapi sudah punya anak akibat pernikahan dini," katanya.
Baca Juga: Psikolog Tegaskan Merubah Perilaku Anak Tidak Bisa Dilakukan Dengan Hukuman Fisik
Reti juga mencatat dua faktor utama yang memicu pernikahan dini: masalah ekonomi dan kurangnya akses pendidikan.
Di Indonesia, pernikahan dini masih sering terjadi, terutama di daerah terpencil.
Untuk mengatasi masalah ini, Reti menekankan perlunya kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan orang tua.
Mereka harus memberikan akses pendidikan dan informasi yang cukup kepada anak dan remaja demi masa depan yang lebih baik.
"Pendidikan seksual dan kesiapan mental untuk menikah perlu diajarkan. Pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan ekonomi dan akses pendidikan untuk memutus rantai pernikahan dini," jelas Reti, yang juga merupakan salah satu pendiri The Little Wisdom.
Dia mengingatkan agar remaja dan anak-anak di Indonesia memaksimalkan potensi diri mereka tanpa terburu-buru menikah.
Dengan demikian, mereka bisa meraih masa depan yang lebih cerah dan mencintai diri mereka sendiri.
"Anak-anak remaja yang saya sayangi, kalian punya makna di dunia ini. Yuk, cari identitas kalian melalui pendidikan, sosialisasi, dan menjaga diri agar semakin mencintai diri sendiri dan berbuat baik pada sesama," tutup Reti.***