Sekjen SATUPENA: Karya Puisi dari Sitor Situmorang Hadirkan Pembaruan di Dunia Sastra
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Kamis, 17 Oktober 2024 18:25 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar mengungkap kehadiran penyair Sitor Situmorang melahirkan pembaruan di dunia sastra Indonesia dengan gaya minimalis dan perenungan filosofis.
Pendapat ini disampaikan oleh Satrio Arismunandar saat menanggapi diskusi SATUPENA yang membahas perjalanan hidup penyair Sitor Situmorang pada hari Kamis malam, 17 Oktober 2024 di Jakarta
Diskusi SATUPENA yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber istri Sitor Situmorang, Barbara Brouwer dan putranya Iman Situmorang. Diskusi itu akan dipandu oleh Anick HT dan Amelia Fitriani.
Satrio mengungkapkan, oleh pengamat sastra, Sitor Situmorang dipandang sebagai perintis puisi modern. Karya-karya puisinya memiliki ciri khas gaya ekspresif, sederhana, dan kontemplatif. Ia sering merenungkan alam, cinta, kehidupan batin, dan budaya.
“Puisi Sitor sering disebut sebagai puisi mini atau puisi pendek, yang memadukan kesederhanaan bentuk dengan kedalaman makna,” ujar Satrio.
Ditambahkan Satrio, contoh puisi Sitor yang terkenal adalah "Malam Lebaran." Ini sebuah puisi pendek yang menggambarkan suasana kesunyian saat malam Lebaran, sarat dengan kesederhanaan dan kesedihan tersembunyi.
Baca Juga: SATUPENA dan Kreator Era AI akan Berdiskusi dengan A. Mufti Tentang Pengaruh AI
Satrio memaparkan, selain sebagai penyair, Sitor juga dikenal sebagai penulis cerpen yang penting. “Cerpen-cerpennya sering mengangkat realisme sosial dan problematika manusia dalam situasi sehari-hari, terutama masyarakat Indonesia pada masa awal kemerdekaan,” tuturnya.
Karya Sitor tidak hanya menggambarkan kehidupan perkotaan, ungkap Satrio, tetapi juga menyelami kearifan lokal dan tradisi Batak.
Arti penting lain dari sosok Sitor, ia menjadi penghubung tradisi lokal dan modern. “Sitor sukses meramu nilai-nilai tradisi Batak dengan bahasa sastra modern, menjadikannya sebagai sosok yang mampu merangkul tradisi dan kemajuan sekaligus,” ucap Satrio.
Baca Juga: SATUPENA akan Bahas Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Situr Sitomorang
“Selain itu, gaya cerpen dan esainya sering kali bersifat puitis, sehingga ia dianggap sebagai salah satu pelopor prosa liris dalam sastra Indonesia,” lanjut Satrio.
Satrio menyatakan, Sitor juga dikenal sebagai budayawan dan intelektual yang aktif dalam diskusi-diskusi kebudayaan. Ia terlibat dalam Manikebu (Manifes Kebudayaan), sebuah gerakan kebudayaan yang menekankan kebebasan berekspresi dan menentang hegemoni politik dalam seni.
Namun, ungkap Satrio, posisinya kemudian menjadi rumit ketika ia dianggap dekat dengan rezim Soekarno dan ideologi sosialisme. Sehingga pada masa Orde Baru, Sitor sempat dipenjara selama hampir 10 tahun tanpa pengadilan, dari 1967 hingga 1976.***