Catatan Denny JA: Hukum Kedua Hidup Bermakna, Positivity
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Sabtu, 19 Oktober 2024 09:10 WIB

Bahkan dalam tradisi non-agama seperti Stoikisme, positivity hadir dalam bentuk kendali diri. Stoik seperti Epictetus menekankan bahwa meskipun kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi pada kita, kita bisa mengendalikan bagaimana kita bereaksi.
Ini adalah esensi dari positivity—penerimaan yang bijak terhadap dunia yang tak selalu bisa dikendalikan, sambil terus berfokus pada apa yang bisa kita lakukan.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kubawa Cincin Janjiku
Positivity adalah kekuatan yang mengakar dalam kehidupan yang bermakna. Meskipun sering disalahartikan sebagai ilusi atau penolakan terhadap realitas, positivity sejati adalah kekuatan mental dan spiritual yang memungkinkan kita untuk tumbuh, bertahan, dan menemukan makna di tengah badai kehidupan.
Kritik terhadap positivity hanya mempertegas perlunya keseimbangan emosional, bukan penolakan terhadap realitas.
Pada akhirnya, positivity bukanlah sekadar pilihan; ia adalah kompas yang menuntun kita menuju kebahagiaan yang lebih dalam, kesehatan yang lebih baik, dan hubungan yang lebih harmonis dengan dunia di sekitar kita.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Nasionalisme di Era Algoritma
Seperti bunga yang tumbuh di celah-celah batu, positivity adalah kekuatan yang memungkinkan kehidupan berkembang meskipun di tempat yang paling tidak terduga.
Jakarta,
Catatan Referensi:
Baca Juga: Catatan Denny JA: Wahai para Esoteris Berkumpulah
“Positivity”
Penulis: Barbara Fredrickson
Penerbit: Crown Publishers
Tahun Terbit: 2009