DECEMBER 9, 2022
Puisi

Catatan Denny JA: Mereka tak Terima Keyakinan yang Diberi Orang Tuaku

image
Penjelasan diskriminasi agama lewat karya puisi Denny JA (Lifestyleabc.com/Kiirman)

Mata kepala sekolah dingin seperti batu sungai:
“Aturan adalah aturan,” katanya,
seperti itu jawaban Tuhan.

“Tanpa nilai praktik agama, kau tak naik kelas.”
Maka Anwar tak naik kelas.
Bukan karena bodoh,
tapi karena menolak menjadi orang lain.

Ia pernah menghadap kepala sekolah. “Pak, yang terdaftar itu memang bukan agamaku. Aku penganut kepercayaan. Tak bisa aku dipaksa berdoa dengan cara yang tak aku yakini.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Lima Prinsip Hidup Bahagia dan Bermakna

Kepala sekolah: “Hidup di negeri ini ada aturannya, Nak. Hanya ada 6 agama yang diakui. Mau bagaimana lagi?”

Anwar terdiam. Aturan itu lebih penting dari hatinya. 

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA; Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z

Kota ini telah lama mendesah dalam diam,
menyaksikan anak-anak seperti Anwar
menjadi serpih-serpih yang terpisah dari arus.

Dalam doa yang mereka ucapkan di rumah,
ada langit yang selalu mendengarkan,
namun tidak di ruang kelas yang sempit.

Pulang ke rumah, ayahnya memandangnya,
tak ada kata selain sebuah helaan panjang.
Ibunya, diam-diam, menangis di dapur,
sebab tak tahu apa yang bisa ia lakukan
selain melawan sistem yang bahkan tak ia pahami.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan

Keyakinanku, seperti kertas kusut di lemari, disembunyikan dari cahaya.”

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait