Denny JA Sampaikan Pesan untuk Memadukan Isu Sosial dan Puisi pada Pembukaan Festival Puisi Esai Jakarta 2024
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Jumat, 13 Desember 2024 10:42 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Puisi esai menawarkan medium yang unik untuk menyampaikan isu-isu sosial secara puitis. Isu seperti hak asasi manusia, keadilan, kemiskinan, dan mereka yang terpinggirkan dapat diceritakan dengan cara yang menyentuh hati.
Ketika isu sosial disampaikan melalui sastra, ia menjadi lebih dramatis, lebih hidup, dan lebih menggerakkan. Dibandingkan dengan laporan akademik atau jurnalistik yang cenderung kering, puisi esai menghadirkan karakter, emosi, dan narasi yang lebih mudah diingat.
Demikian dikatakan penggagas puisi esai, Denny JA ketika membuka Festival Puisi Esai Jakarta 2024 Jakarta ke-2, 2024 di PDS HB Jassin, TIM, Jakarta, 13 Desember 2024.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai
Festival ini dihadiri penulis puisi esai dari Aceh hingga Papua. Hadir pula komunitas puisi esai dari Malaysia, dan kritikus puisi esai dari Jerman.
Dalam sambutannya, Denny JA menyatakan, ia telah merenungkan apakah puisi esai memiliki sesuatu yang berharga untuk disumbangkan kepada dunia sastra dan masyarakat luas.
Jawabannya ia peroleh melalui dialog reflektif, termasuk dengan teknologi seperti Artificial Intelligence.
Baca Juga: Denny JA Hibahkan Dana Abadi Penghargaan Tahunan untuk Penulis
“Jawabannya menggembirakan: puisi esai memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi tidak hanya kepada sastra, tetapi juga kepada publik dalam tiga hal utama,” ujar Denny.
Denny menyebut tiga keunggulan puisi esai. Pertama, menggabungkan isu sosial dengan puisi.
“Puisi esai menawarkan medium yang unik untuk menyampaikan isu-isu sosial secara puitis. Isu seperti hak asasi manusia, keadilan, kemiskinan, dan mereka yang terpinggirkan dapat diceritakan dengan cara yang menyentuh hati,” ucapnya.
Baca Juga: Tiga Penulis Terima Penghargaan dan Dana Hibah dari Denny JA Foundation
“Ketika isu sosial disampaikan melalui sastra, ia menjadi lebih dramatis, lebih hidup, dan lebih menggerakkan. Dibandingkan dengan laporan akademik atau jurnalistik yang cenderung kering, puisi esai menghadirkan karakter, emosi, dan narasi yang lebih mudah diingat,” sambung Denny.