Catatan Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Selasa, 07 Januari 2025 18:53 WIB
Tapi hari itu, Salman terpana.
Di taman, di musim dingin,
di antara salju yang melapisi bangku tua,
ia melihat dunia lain:
sepasang mata kecil,
seperti air mata di lemari perhiasan.
Ellie duduk di sana, bersama adiknya Jamie.
Salju menggumpal di ujung rambut mereka.
Tangan kecil Jamie memeluk selembar selimut usang,
ia melawan angin yang tak pernah berhenti.
Ellie menatap tanah,
tak ada ceria di wajahnya,
hanya kelelahan seorang tua dalam tubuh anak.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Membawa Spirit Era Sufi ke Era Artificial Intelligence
Ellie, remaja usia 13 tahun, bercerita
tentang rumah penampungannya yang bocor,
tentang langit-langit kamarnya yang busuk,
tentang mimpi mengejar kehangatan
dan tak lagi minum teh basi di dapur kumuh.
Salman tertegun.
“Bagaimana mungkin?” pikirnya.
“London, kota para raja dan ratu,
tak bisa melindungi anak ini
dari gigitan musim dingin?”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Forum Esoterika dan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era Artificial Intelligence
Dan ternyata, oh ternyata,
ratusan ribu warga London tak punya rumah.
Angin mengiris pipinya,
tapi Salman tahu,
bukan ia yang menderita.
Di depan matanya, Ellie dan Jamie menggigil.
Mereka daun kering yang gemetar diterpa angin, yang akan menggugurkannya,
jatuh merana di tanah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ambilah Ginjal Ibu, Anakku
Sore itu, Salman ikut menggigil,
bukan karena angin dingin, tapi karena kisah Ellie: