Catatan Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Selasa, 07 Januari 2025 18:53 WIB
tentang ibu mereka yang lelah mencari kerja,
tentang pemukiman sementara yang lembap dan sempit,
tentang Jamie yang batuk di kegelapan,
tentang mereka yang tinggalnya berpindah-pindah,
tentang sekolah yang sering terhenti.
“Banyak teman mainku tak punya rumah,”
kisah Ellie.
Di mata Ellie, Salman melihat negerinya sendiri:
seorang ibu di pelosok
yang menunggu puskesmas buka
sambil memeluk anak yang demam.
Sebuah keluarga di pinggiran Jakarta,
yang berbaring di tikar kardus
dengan langit sebagai atap.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Membawa Spirit Era Sufi ke Era Artificial Intelligence
“Ellie,” bisik Salman pada dirinya,
“Kamu adalah cermin retak peradaban ini,
memantulkan kemewahan tanpa jiwa.
Kamu nyala kecil di tengah badai,
mengingatkan dunia,
gedung tinggi dan gemerlap lampu,
tak berarti jika cinta dan keadilan tak pernah tinggal di dalamnya.”
Salman berjalan pergi,
tapi Ellie tetap di dalam dirinya.
Menjadi salju yang tak pernah mencair,
Salman membawa kisah itu pulang.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Forum Esoterika dan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era Artificial Intelligence
Di hatinya, Salman menanam kecewa.
Tapi bisakah kecewa itu menjadi api,
membakar ketidakadilan,
dan menghangatkan dunia
bagi mereka yang tak memiliki rumah.
London, 7 Januari 2025
(1) Puisi esai ini dramatisasi dari kisah sebenarnya
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ambilah Ginjal Ibu, Anakku