DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai

image
Pendapat Denny JA tentang penyampaian isu Lingkungan Hidup lewat karya Puisi Esai (Lifestyleabc.com/Kiriman)

“bagaikan luka tanah ini
oleh penggalian tambang; dibiarkan
menganga, menabung bencana
sedikit demi sedikit. sampai bom waktu:
Dorr!”

Sedangkan pada puisi esai “Wadas, Apakah Kita Satu Tanah Air?” Isbedy mengekspresikan suara perlawanan warga Desa Wadas terhadap ketidakadilan, eksploitasi tanah, dan kekerasan aparat.

Melalui narasi reflektif dan protes, puisi ini mengkritik keras bagaimana pemerintah dan pemegang kekuasaan melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan, permusyawaratan, dan keseimbangan lingkungan demi proyek pembangunan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ambilah Ginjal Ibu, Anakku

Pesannya sederhana tetapi mendalam. Ini perjuangan atas tanah bukan hanya soal ekonomi, tetapi soal martabat, warisan, dan keberlanjutan hidup generasi mendatang.

“kami menolak tanah kami dibeli
sebab tahu risikonya nanti
28 titik sumber mata air mati
lalu, tetumbuhan akan kering dan lelayu”

Lain lagi dengan puisi esai: “Air Mata Duka di Lumbung Batubara.” Puisi ini adalah elegi terhadap ketidakadilan dan pengorbanan seorang guru, Ansah, yang berjuang melawan keserakahan pengusaha tambang batubara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Annie, Warga Non Kristen, juga Merayakan Natal

Ansah menjadi simbol perjuangan rakyat kecil yang terpinggirkan oleh kekuasaan dan kapitalisme. Pesan utamanya adalah pentingnya keberanian melawan kesewenang-wenangan demi keadilan sosial, meskipun perjuangan tersebut dapat berujung tragis.

“Langit jadi kelam
para bodyguard kepal tangan
hari itu 9 Februari 2004, suaminya dibantai.”

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kutukan yang Diwariskan Turun Temurun

Aneka puisi yang dikutip di atas memiliki kesamaan tema: eksploitasi tambang bukan hanya merusak alam, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan moral masyarakat.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait