Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Senin, 13 Januari 2025 17:15 WIB
Mengapa Puisi Penting dalam Isu Tambang? Puisi tidak hanya menjadi medium estetika, tetapi juga alat kritik sosial yang efektif.
Kata-kata puitis memiliki kemampuan menggugah hati, memaksa pembaca untuk merenung, dan menciptakan empati yang mendalam terhadap korban eksploitasi tambang.
Dalam setiap metafora dan simbol, terkandung harapan bahwa perubahan masih mungkin terjadi jika masyarakat mulai melawan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ambilah Ginjal Ibu, Anakku
Puisi-puisi ini menjadi bukti bahwa seni memiliki kekuatan untuk melawan ketidakadilan. Mereka adalah pengingat bahwa tanah, gunung, dan sungai bukanlah sekadar sumber daya, tetapi bagian dari kehidupan yang harus dijaga.
Kita, sebagai pembaca, diajak untuk merenungkan: apakah kita cukup peduli terhadap mereka yang kehilangan segalanya demi keuntungan segelintir orang?
Tapi harus juga dikatakan. Di era modern, pertambangan bukan lagi sekadar eksploitasi sumber daya alam, melainkan bagian dari solusi keberlanjutan global.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Annie, Warga Non Kristen, juga Merayakan Natal
Industri tambang telah bertransformasi, mengadopsi teknologi hijau dan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Banyak perusahaan tambang kini berkomitmen mengurangi emisi karbon, mereklamasi lahan pasca-tambang, dan melibatkan komunitas lokal dalam pembangunan berkelanjutan.
Sebagai contoh, banyak tambang kini menjadi pemain kunci dalam transisi global menuju energi terbarukan. Bahan baku ini esensial untuk baterai kendaraan listrik, yang berkontribusi pada pengurangan emisi global.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kutukan yang Diwariskan Turun Temurun
Beberapa perusahaan juga telah menjalankan praktik tambang berkelanjutan, seperti menggunakan teknologi limbah nol dan mendukung konservasi keanekaragaman hayati.