Catatan Denny JA: Mereka yang Mulai Teriak Merdeka dan Lahirlah Budi Utomo
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Senin, 20 Januari 2025 11:48 WIB
Ataukah ia menjadi obor
yang menyala untuk bangsaku yang terjajah?”
Ia tahu, langkahnya bisa berujung tiang gantung,
namun hatinya adalah tambang api,
membakar dirinya perlahan,
hingga kemerdekaan lahir
atau dirinya hangus.
Batavia, 1908—di bawah langit berdebu,
gedung-gedung kolonial menjulang angkuh,
Dr. Soetomo sekali lagi merenung.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
“Aku, dokter bagi mereka yang tak bersuara,
bagi mereka yang terluka di negeri sendiri.”
Hari itu, ia memilih jalan yang sulit,
jalan ketika hati dan nurani bersatu,
jalan tempat pengabdian lebih berharga daripada hidup nyaman.
“Aku dokter, tak hanya sembuhkan raga pasien,
tapi pulihkan pula bangsaku yang sakit, yang terjajah.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Sebagai Imigran Ia Masih Luka
Batavia menyaksikan perjalanan hidupnya.
Ia mengukir sejarah.
Ia tak ingin menjadi batu di pilar kolonial, melainkan tetesan embun yang diam-diam menyuburkan tanah bangsa,
yang menghidupkan pagi.
Lalu berdirilah Budi Utomo.
Badan pertama kaum terpelajar pribumi.
1.200 anggotanya menyalakan lilin,
di tengah gelap penjajahan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
Sejarah baru mulai ditulis.
Jalan menuju merdeka, dimulai.