DECEMBER 9, 2022
News

Sekjen SATUPENA: Artificial Intelligence masih sulit Memahami Emosi untuk mengubah Puisi jadi Lagu

image
Satrio Arismunandar (Kiriman)

LIFESTYLEABC.COM - Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar mengungkapkan jika Artificial Intelligence masih sulit memahami konteks emosi dalam tugas dan tujuan mengubah puisi menjadi lagu.

Pendapat Satrio Arismunandar ini diucapkannya ketika menanggapi diskusi daring organisasi SATUPENA yang digelar pada Kamis, 11 Juli 2024 dengan tema Ketika Kata dan Nada Berjumpa.

Diskusi daring Ketika Kata dan Nada Berjumpa SATUPENA ini dipandu oleh Amelia Fitriani dan Swary Utami Dewi dan ikut mengundang komentar dari Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar menuturkan, mengubah puisi menjadi lagu menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah proses yang kompleks dan melibatkan beberapa tantangan.

“Puisi sering kali memiliki makna yang mendalam dan kontekstual, yang bisa sulit untuk dipahami oleh AI. Memahami konteks budaya, sejarah, dan personal yang mendasari puisi merupakan tantangan besar,” ungkap Satrio.

“Selain itu, puisi sering mengandung nuansa emosional yang kompleks. AI mungkin kesulitan dalam menangkap dan mengekspresikan emosi yang tepat dalam melodi dan aransemen musik,” lanjutnya.

Ditambahkan Satrio, puisi dapat memiliki berbagai macam struktur dan ritme yang unik. Menyesuaikan melodi dan musik agar sesuai dengan struktur yang tidak standar bisa menjadi sulit bagi AI.

Menurut Satrio, mengubah puisi menjadi lagu melibatkan integrasi multimodal, yang terdiri dari pemrosesan multimodal dan koherensi antarmodal.

“Mengintegrasikan teks, suara, dan musik dalam satu kesatuan yang harmonis memerlukan kemampuan pemrosesan multimodal yang canggih,” ujarnya.

“Sedangkan, koherensi antarmodal berarti memastikan bahwa semua elemen --lirik, melodi, aransemen-- bekerja sama secara koheren dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan pengalaman musikal yang utuh,” tambah Satrio.

Satrio menjelaskan, setidaknya ada empat teknologi yang terlibat dalam mengubah puisi menjadi lagu. Pertama, Natural Language Processing (NLP), untuk memahami dan menganalisis teks puisi.

Kedua, Machine Learning, untuk mempelajari pola dari dataset musik dan puisi. Ketiga, Deep Learning, menggunakan model jaringan saraf dalam menghasilkan melodi dan suara vokal.

Kempat, Text-to-Speech (TTS) dan Speech Synthesis. Ini adalah teknologi yang memungkinkan AI untuk menyanyikan teks.

“Dengan kemajuan teknologi AI, transformasi puisi menjadi lagu menjadi lebih mudah dan lebih kreatif, memungkinkan kolaborasi antara manusia dan mesin dalam menciptakan karya seni yang unik,” tegas Satrio.*

Sumber: Kiriman

Berita Terkait