DECEMBER 9, 2022
News

Susahnya Memimpin Seniman, juga Penulis

image
Opini Denny JA (Kiriman)

Namun mereka juga anggota Satupena yang sah. Minat dan keberatan mereka harus pula diakomodasi. Maka akan dibuatkan WAG terpisah bernama WAG Satupena Non-Politik Praktis.

---

Saya merenungkan mengapa susah memimpin organisasi seniman, juga penulis. Indonesia sudah merdeka 79 tahun, tapi tak ada organisasi penulis nasional di Indonesia yang usianya di atas 20 tahun, misalnya.

Baca Juga: Peran SATUPENA di Bawah Kepemimpinan Denny JA Dalam Memperjuangkan Kepentingan Penulis di Era AI

Organisasi Satupena yang kini saya pimpin, sebelum saya terpilih menjadi ketua umum, sudah pula terpecah dua, di tahun ke-4 atau tahun ke-5. Ada dua organisasi yang sama-sama bernama Satupena, dengan akte yang sama, namun hanya beda pengurus saja.

Ketika saya menjadi ketua umum (2021-2026), saya berhasil membuat kepengurusan saya di Satupena menjadi satu-satunya yang sah di mata hukum. Ini saya lakukan di bulan pertama. Organisasi Satupena lainnya berganti nama.

Saya merenungkan mengapa menurut Gus Dur, memimpin seniman itu lebih susah dibandingkan mengurus negara? Termasuk juga mengurus penulis?

Baca Juga: Denny JA Mengungkap Tiga Fakta Tercecer Sejarah Bangsa

Berikut adalah tiga alasan utama yang menjelaskan fenomena ini:

*Pertama: Beragamnya Spektrum dan Persepsi Penulis*

Penulis adalah individu dengan latar belakang, pengalaman, dan pandangan hidup yang sangat beragam. Spektrum ide dan persepsi mereka terhadap berbagai isu—baik itu sosial, politik, budaya, atau artistik—sangat luas.

Baca Juga: Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA

Hal ini membuat upaya untuk menyatukan mereka di bawah satu visi atau tujuan bersama menjadi sangat sulit.

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Kiriman

Berita Terkait