Sejarah Bergabungnya Indonesia dengan Turnamen Paralimpiade
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Kamis, 05 September 2024 11:15 WIB
LIFESTYLEABC.COM - Olahraga untuk penyandang disabilitas yang dirintis oleh Dr. Suharso awalnya ditujukan untuk rehabilitasi dan rekreasi hingga bisa termasuk dalam ajang Paralimpiade.
Namun seiring berjalannya waktu, pada tahun 2005, International Paralympic Committee (IPC) menegaskan bahwa semua cabang olahraga yang dicakup oleh IPC adalah olahraga kompetitif dan bukan lagi olahraga rehabilitasi atau rekreasi, dan harus mencantumkan kata paralimpiade.
Paralimpiade merupakan ajang olahraga internasional yang melibatkan para atlet berbagai disabilitas, dan keikutsertaan Indonesia dalam Paralimpiade merupakan tonggak penting dalam sejarah olahraga nasional ini.
Baca Juga: Perjalanan Sejarah Olahraga Tenis Kursi Roda hingga jadi Cabor Paralimpiade 2024
Diplomasi internasional aktif Indonesia membuahkan hasil pada 11 Maret 1952, ketika Komite Olimpiade Indonesia (KOI) diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC). Pengakuan ini membuka jalan bagi Indonesia untuk mengirimkan tim Olimpiade pertamanya ke Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia.
Lalu di tahun 1964, Indonesia tidak ikut serta dalam Olimpiade di Tokyo. Keputusan ini merupakan dampak dari ketegangan politik yang muncul setelah Indonesia menolak mengundang Israel dan Taiwan ke Asian Games 1962 di Jakarta. Keputusan Presiden Soekarno didasari oleh dukungan Indonesia terhadap negara-negara Arab dan China, namun menimbulkan kontroversi dan berujung pada sanksi dari IOC.
Di tahun 1968, Indonesia kembali ke Olimpiade Meksiko dengan tim yang jauh lebih kecil, hanya terdiri dari enam perenang dan angkat besi. Olimpiade ini juga merupakan Olimpiade pertama yang diikuti Indonesia di bawah pemerintahan Soeharto setelah beliau mengundurkan diri dan jumlah pesertanya berkurang karena situasi politik saat itu.
Baca Juga: Mengenal Inovasi Teknologi Terbaru untuk para Atlet Paralimpiade 2024
Indonesia mengirimkan enam atlet ke Olimpiade Munich 1972 di lima cabang olahraga. Pada Olimpiade Montreal 1976, jumlah atlet bertambah menjadi tujuh. Akibat boikot internasional Amerika Serikat terhadap invasi Soviet ke Afghanistan, Indonesia kembali melewatkan Olimpiade 1980 di Moskow.
Partisipasi Indonesia di Paralimpiade terus berlanjut. Berbagai medali telah diraih atlet Indonesia di beberapa Paralimpiade sejauh ini, termasuk di Paralimpiade Tokyo 2020 yang mana Indonesia berhasil meraih dua medali emas. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam pembinaan atlet penyandang disabilitas.
Secara keseluruhan, perjalanan Paralimpiade Indonesia adalah tekad, ketekunan, dan semangat tiada henti dari para atlet penyandang disabilitas yang berjuang mengatasi keterbatasan fisik mereka untuk membawa negaranya menjadi yang terdepan di dunia.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah, badan olahraga, dan masyarakat umum yang semakin menyadari pentingnya kesetaraan dalam olahraga.***
Nama penulis: Siska Dinnuriza Ayani