Catatan Denny JA: Ibu, Kukirim Nyawaku Padamu, Sampaikah?
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Sabtu, 21 September 2024 10:00 WIB

Malam yang sunyi,
salju turun perlahan,
membawa dingin menusuk hati.
Di bawah sinar bulan,
ia melihat wajah itu.
Wajah yang tak pernah hilang,
turun perlahan dari langit kelabu,
dibawa angin dingin musim beku.
Wajah Ibu,
wajah masa lalu,
wajah yang menyimpan seluruh rahasia waktu.
Air mata Bujana jatuh,
tanpa suara,
embun menetes perlahan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pemulung itu Seorang Doktor
Bisikan yang nyaris tak terdengar,
ia memanggil,
datang dari dalam diri:
“Ibu... Ibu..."
Dan dalam sunyi,
ia merasa sentuhan lembut,
angin menyapu wajahnya.
Mungkin itu hanya ilusi,
atau mungkin itu kenyataan yang tak bisa dipahami.
Namun di balik kesunyian,
Bujana tahu,
rindu pada Ibu,
tak pernah benar-benar mati.
Cinta untuk bunda kandung,
tak pernah hilang.**
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mengapa Kita Perlu Forum Para Kreator di Era AI?
21 September 2024
CATATAN
(1) Terinspirasi dan dikembangkan dengan fiksi tambahan dari hidup mahasiswa Indonesia asal Bali: Dewa Soeradjana yang terbuang akibat pergolakan politik tahun 1960-an.***
Baca Juga: Catatan Denny JA: 12 Jam Protes Berbaring di Jalan Raya