Catatan Denny JA: Kuburan Mereka Berserakan di Berbagai Negara
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Minggu, 06 Oktober 2024 12:35 WIB

LIFESTYLEABC.COM - Di tepi sungai Shkumbin, di Albania yang sunyi,
Malik duduk diam, menyusuri aliran air yang tenang.
Sungai itu membawa ingatan yang tak lagi bisa ia genggam,
seperti arus waktu yang tak kenal belas kasih.
Di kejauhan, pegunungan Dinaric berdiri megah,
namun bagi Malik, tak ada puncak yang bisa menggantikan Gunung Merapi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kincir Angin Tak Bisa Menahan Rinduku
Di sana, dulu ia berlari, bersembunyi,
menyimpan harapan yang kini tinggal bayangan.
Hening malam itu,
dan rasa sakit yang lama hinggap di tubuh,
membuat Malik merenung lebih dalam soal kematian,
soal kehidupan yang tak lagi terasa utuh.
Ia teringat puisi kawannya,
dibacanya berulang-ulang,
seperti mantra yang tak pernah padam:
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Itu Belajar di Bawah Cahaya Kunang-Kunang
“Kuburan kami berserakan di mana-mana
di berbagai negeri, di berbagai benua.
kami adalah orang-orang Indonesia
yang dicampakkan dari tanah-airnya,
paspor kami dirampas sang penguasa,
tak boleh pulang ke kampung halaman tercinta.
setiap hari disiarkan berita di media dan
koran-koran.” (1)
Pikirannya terbang jauh ke masa 60-an.
Bung Karno mengirimnya ke negeri ini,
untuk belajar, mengumpulkan ilmu dan harapan.
Saat itu, ia pemuda penuh semangat,
suaranya menggema di jalan-jalan Jakarta,
menyuarakan keadilan, memanggil perubahan.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman
Tapi semuanya berubah cepat,
Bung Karno jatuh,
dan angin sejarah berbalik arah,
membawa nasib yang tak pernah ia bayangkan.