Catatan Denny JA: Kubawa Cincin Janjiku
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Selasa, 08 Oktober 2024 20:40 WIB

Paspor Anwar direnggut,
ia melayang bagai daun lepas dari pohon,
tak lagi punya akar.
Cincin itu,
sebuah janji yang tertahan di sakunya,
tetap di sana, menunggu waktu pulang,
harapan yang tak kunjung padam.
-000-
Baca Juga: LSI Denny JA Ungkap Data Keberhasilan Kepemimpinan Presiden Joko Widodo
Namun Farah tak menunggu,
hidupnya melangkah di jalan sunyi yang berbeda,
Farah menjadi ranting patah yang tumbuh menjauh,
dipaksa ayahnya mengikat diri pada pria lain,
takdir yang tak pernah ia pinta.
Di mata ayah Farah, Anwar hanya bayangan kelam,
terkubur prasangka dan tuduhan pengkhianat negara.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman
Anwar sendiri, terombang-ambing di negeri orang,
terdampar di Beijing, terkunci di Moskow,
tersesat di antara wajah-wajah asing,
Ia berjalan di keramaian yang sunyi,
bahkan bahasa pun seolah tak lagi menyentuh jiwanya.
Era reformasi datang.
Setelah sekian lama,
pintu pulang terbuka,
negeri ini memanggil mereka yang hilang,
menyambut anak-anak yang terbuang oleh sejarah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kuburan Mereka Berserakan di Berbagai Negara
Namun Farah—
kekasih yang ia janji pulang itu,
telah wafat,
menyatu dengan tanah.