Catatan Denny JA: Ketika Anaku Kecanduan Internet
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Sabtu, 07 Desember 2024 18:18 WIB
Aku ingat masa itu. Dulu, sebelum ponsel itu menjauhkan David dari kami.
Di lapangan, ia berlari mengejar bola. Tawanya pecah, seperti matahari yang tak pernah redup. Pelukannya kecil, tapi hangat menjadi api unggunku di malam dingin.
Namun kini, David berubah. Ia hanya bayangan yang melintas di lorong. Hilang, tenggelam dalam lautan tak kasat mata.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Lima Prinsip Hidup Bahagia dan Bermakna
Kami kehilangan David. Bukan ia ditelan badai. Bukan ia dimakan laut yang ganas. David hilang karena arus tak terlihat.
Ia ditelan gelombang digital tanpa tepi. Ia hilang di dalam ponsel. Ia mengurung diri, hanya bicara pada layar kaca.
Membangun tembok tak terlihat di antara kami.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Lalu datang pagi-pagi yang sunyi. Tugas sekolahnya tertinggal di sudut-sudut waktu.
Matanya merah, digerogoti malam-malam tanpa tidur. Tubuhnya layu. David kini pohon yang kehilangan akarnya.
Oh, anakku menghilang sudah. Ia menjadi asing, Seperti cermin retak yang tak lagi memantulkan dirinya sendiri.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai
Kami mencoba melawan arus itu. Mematikan Wi-Fi, menyembunyikan ponselnya. Tapi ia marah, seperti binatang terluka.