Tiga Penulis Terima Penghargaan dan Dana Hibah dari Denny JA Foundation
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Senin, 09 Desember 2024 11:17 WIB

Suaranya adalah nyala lilin bagi identitas budaya yang terus terancam.
Kedua, ia adalah saksi dan suara keadilan sosial.
Karya-karyanya adalah perenungan mendalam atas ketimpangan, eksploitasi, dan pergolakan politik.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
"Kubah" menggambarkan perjalanan seorang mantan komunis dalam mencari pengampunan, sementara "Orang-Orang Proyek" mengungkap praktik korupsi yang merugikan rakyat kecil.
Tohari tidak sekadar bercerita, ia merenungkan kompleksitas moral manusia dalam konteks sosial yang tak adil. Keberanian ini menjadikan Tohari lebih dari seorang sastrawan; ia adalah saksi zaman yang menolak berdiam diri.
Ketiga, ia adalah penghubung spiritualitas dan kemanusiaan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah
Dalam setiap paragrafnya, ada keseimbangan antara nilai-nilai spiritual dan realitas manusia.
Tohari memadukan keduanya tanpa terjebak pada dogma. Baginya, spiritualitas adalah tentang pengertian yang mendalam terhadap sesama dan alam semesta.
Pesan-pesan universal ini menjadikan karyanya relevan di tengah dunia yang semakin terfragmentasi.
Baca Juga: 6 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Harapan Kepada Pemimpin Setelah Pilkada 2024
Lebih dari itu, Ahmad Tohari adalah pelita yang tidak hanya menerangi jalannya sendiri, tetapi juga jalan bagi generasi penulis masa depan.