Catatan Denny JA: Sentimen Nasional di Era Algoritma
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Jumat, 17 Januari 2025 10:09 WIB
Nasionalisme tidak harus mati dalam dunia yang berubah. Justru, ia bisa bertransformasi. Ia bisa menjadi pengingat bahwa, meski kita terhubung secara global, kita tetap memiliki akar yang mengikat kita pada tempat asal.
-000-
Buku ini terdiri dari 60 esai, yang berasal dari hasil lomba menulis esai yang diselenggarakan oleh Forum Kreator Era AI bersama Denny JA Foundation.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kutukan yang Diwariskan Turun Temurun
Lomba ini diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda 2024 dan berfokus pada refleksi puisi esai Denny JA berjudul “Nasionalisme di Era Algoritma”.
Lomba ini melibatkan 941 peserta dan bertujuan untuk mengeksplorasi ide-ide tentang nasionalisme di tengah tantangan era digital.
Buku ini memuat karya-karya yang lolos ke babak final, termasuk 15 esai pemenang utama dan karya-karya finalis lainnya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pentingnya Mengawinkan Isu Sosial dan Puisi
Ada esai berjudul; Refleksi Nasionalisme di Era Digital: Analisis Puisi Esai Denny JA. Penulisnya Fidelis Roy Maleng
Esai ini menyoroti bagaimana bahasa nasional tetap menjadi elemen fundamental identitas bangsa meski dunia digital terus mencairkan batas fisik.
Cinta tanah air, meskipun terkadang tampak kabur, tetap hidup sebagai ikatan emosional yang dalam.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
Pesannya menekankan pentingnya mempertahankan elemen budaya dan sejarah dalam membentuk rasa kebangsaan. Dalam era algoritma, bahasa nasional berperan sebagai jangkar identitas yang melawan arus homogenisasi global.