Inspirasi Politik dari Mata Air Bung Karno dan Bung Sjahrir
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Kamis, 04 Juli 2024 09:15 WIB
![image](https://img.lifestyleabc.com/2024/07/04/20240704091425WhatsApp_Image_2024-07-04_at_09_07_33.jpeg)
Dalam keseluruhan 48 puisi esai itu, masing-masing hadir pula catatan kaki sebagai wakil dari true story yang menjadi ibu kandung puisi.
Untuk gerakan puisi esai selaku genre baru sastra Indonesia, Isti Nugroho termasuk generasi pertama. Genre puisi esai ini lahir di tahun 2012 dibawa buku saya berjudul Atas Nama Cinta.
Di tahun 2013, setahun kemudian, Isti Nugroho beserta Indra Trenggono sudah mengubah satu puisi esai di buku itu, Sapu Tangan Fang Yin, menjadi teater. Di Yogyakarta, drama itu dipentaskan.
Tahun 2024, Isti Nugroho diundang ke Malaysia, untuk menceritakan pengalamannya melakukan teaterisasi puisi esai. Pihak pengundang adalah panitia Festival Puisi Esai ASEAN ke-3.
Tiga belas tahun sejak Isti Nugroho membuat teaterisasi puisi esai, juga setelah ia presentasi puisi esai di luar negeri, ia memutuskan menuliskan perjalanan intelektual dan sikap politiknya dalam 48 puisi esai.
Tulis Isti Nugroho di buku itu: “Puisi esai bagi saya adalah karya seni yang menyatakan sikap atas keadaan. Bukan klangenan atau hiburan, layaknya tingkah konyol para badut di panggung politik.”
“Penyair bukan penghibur tapi sosok yang memberikan pencerahan bagi banyak orang. Dan saya sangat mempercayai bahkan meyakini hal itu.”
Lanjut Isti, “Untuk itu, antologi puisi esai, saya persembahkan kepada khalayak penjaga, pembela, dan penguat demokrasi.”
-000-
Komunitas puisi esai setiap tahun kini memiliki dua festival. Festival Puisi Esai tingkat ASEAN sekitar bulan Juni, dan Festival Puisi Esai Nasional di bulan Desember.