Jeritan dan Harapan Anak-anak Pekerja Migran Ilegal Asal Indonesia, Espresi Melalui Puisi Esai
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Sabtu, 20 Juli 2024 12:26 WIB

Saya diberi kabar proses penulisan puisi esai di sana.
“Prosesnya: Bengkel puisi esai 1 hari - kemudian pengayaan oleh guru 1 minggu - kemudian - penulisan 2 minggu - kemudian editing dan layout 2 minggu.
Rangkaian proses itu dibantu Badan Bahasa, terutama Datuk Jasni Matlani.”
Baca Juga: Satrio Arismunandar Sebagai Pendiri AJI Prihatin Saat Wartawan Ikut Terlibat Dalam Judi Online
Ada puisi esai berjudul: Setitik Cahaya, ditulis oleh Adinda Shaumi – Kelas IX.
Ia menggambarkan kisah seorang remaja bernama Muda yang diterima di sekolah impian. Namun Muda mengalami kesulitan karena ditangkap oleh polisi dan dipenjara.
Muda bertemu dengan seorang tahanan lain bernama Tama yang membantunya untuk melarikan diri. Dengan bantuan kunci dari Tama, Muda berhasil kabur dan bertekad membawa "setitik cahaya" bagi keluarganya dan memenuhi harapan ibunya.
Puisi ini mengangkat tema perjuangan, harapan, dan tekad untuk mencapai impian meskipun dihadang oleh berbagai rintangan.
“Pintu besi berhasil dibuka.
Muda melangkah keluar.
Melambaikan tangan kepada Tama.