DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang Tahun 1960-an

image
Catatan Denny JA tentang eksil yang terbuang di luar negeri (Lifestyleabc.com/Kiriman)

Lebih dari sekadar kata-kata, pemerintah Jerman juga berkomitmen untuk mendukung pembangunan di Namibia sebagai bentuk penebusan.

Jika Australia dan Jerman bisa melangkah maju dengan pengakuan dan permintaan maaf resmi, apakah Indonesia siap untuk melakukan hal serupa? 

Pengakuan atas para eksil tahun 1960-an ini memang penting, tetapi tidak cukup untuk sepenuhnya memulihkan rasa identitas dan harga diri yang telah hilang selama lebih dari setengah abad.

Baca Juga: 4 Lukisan Karya Artificial Intelligence Denny JA: Era Dimulainya Karya Kolaborasi Kreator dan AI

Sebagian besar dari para eksil ini kini berusia lebih dari 80 tahun. Mereka telah menghabiskan sebagian besar hidup mereka di negeri yang bukan tanah kelahiran mereka, tanpa identitas formal dan tanpa rumah yang dapat mereka sebut milik mereka. 

Meskipun pengumuman pemerintah memberikan sedikit harapan, pertanyaan yang lebih besar tetap ada: apakah mereka dapat pulang? Apakah ada jaminan bahwa di usia tua mereka, tanah air yang telah berubah ini akan menerima mereka?

Untuk menghayati sisi batin kisah para eksil ini, saya mencari inspirasi dari karya-karya sastra internasional. Yaitu sastra  yang juga membahas tentang pengalaman hidup dalam pengasingan dan keterasingan. 

Baca Juga: Sekjen SATUPENA: Ubud Writers & Readers Festival dapat Mendorong Kolaborasi Penulis dan Seniman

Beberapa karya menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana pengasingan bisa memengaruhi kehidupan seseorang di berbagai negara dan konteks.

Misalnya, dalam “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini (2003). Novel ini bercerita tentang Amir, seorang anak dari Afghanistan yang terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat setelah invasi Soviet. 

Pengasingan ini tidak hanya memisahkan Amir dari tanah airnya, tetapi juga memutusnya dari masa lalu dan identitasnya. 

Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman

Kisah ini sangat relevan dengan pengalaman para eksil Indonesia yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu, dihantui oleh tuduhan yang tidak pernah mereka lakukan, tetapi tetap terpaksa hidup jauh dari rumah.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait