Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang Tahun 1960-an
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Minggu, 06 Oktober 2024 18:50 WIB

Buku ini mengangkat suara-suara mereka yang terlupakan dalam narasi besar perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ada juga buku puisi esai: Kutunggu di Setiap Kamis (2018). Buku ini merekam keluarga yang setiap kamis unjuk rasa dengan payung hitam, mencari anggota keluaganya, yang tak kunjung pulang.
Buku tentang eksil tahun 1960-an ini melanjutkan upaya saya untuk merekam sejarah Indonesia dari perspektif korban. Mereka tidak selalu menjadi sorotan utama dalam narasi besar sejarah nasional.
Baca Juga: 4 Lukisan Karya Artificial Intelligence Denny JA: Era Dimulainya Karya Kolaborasi Kreator dan AI
Setiap buku dalam rangkaian ini adalah upaya untuk memberikan suara kepada mereka yang suaranya hilang dalam hiruk-pikuk sejarah.
Kembali ke Indonesia bukan hanya soal fisik. Ini adalah tentang pemulihan identitas, tentang penerimaan dari negara yang pernah menganggap mereka pengkhianat.
Namun, tanah air yang mereka rindukan mungkin tak lagi sama. Reformasi telah membawa banyak perubahan, dan mungkin tanah itu tak lagi mengenal mereka seperti dulu.
Baca Juga: Sekjen SATUPENA: Ubud Writers & Readers Festival dapat Mendorong Kolaborasi Penulis dan Seniman
Sejarah bukanlah milik pemenang semata. Ia juga milik mereka yang hidup di pinggiran, yang terselip di antara narasi besar yang lebih sering diingat.
Pengakuan atas penderitaan para eksil ini bukan hanya soal keadilan sejarah, tetapi juga tentang memberikan tempat bagi mereka dalam ingatan kolektif bangsa.
Pengakuan ini adalah langkah kecil menuju sejarah yang lebih manusiawi dan adil, di mana suara-suara mereka yang terbuang dapat didengar kembali. Tak ada kata terlambat untuk menyembuhkan luka sejarah.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman
Pada waktunya, akan hadir sebuah pemerintahan yang berani menatap sejarah dengan jujur, merangkul mereka yang terbuang, dan menyembuhkan luka-luka bangsa yang telah terlalu lama dibiarkan menganga.