DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang Tahun 1960-an

image
Catatan Denny JA tentang eksil yang terbuang di luar negeri (Lifestyleabc.com/Kiriman)

Puisi esai memberikan kebebasan untuk menyelami emosi dan pengalaman batin yang mungkin tidak bisa diungkapkan melalui prosa biasa. Namun fiksi itu dilahirkan oleh fakta, kisah sebenarnya, sebagaimana yang dapat ditelusuri dalam catatan kaki puisi esai.

Dengan format ini, saya berharap bisa menyampaikan rasa keterasingan, kerinduan, dan kehilangan yang dialami oleh para eksil ini dengan cara yang lebih mendalam dan menyentuh, sekaligus kental setting sosial kisah sebenarnya.

Buku ini adalah bagian dari rangkaian puisi esai saya yang menyoroti sejarah Indonesia dan korban-korban yang terlupakan. (1)

Baca Juga: 4 Lukisan Karya Artificial Intelligence Denny JA: Era Dimulainya Karya Kolaborasi Kreator dan AI

Buku pertama adalah “Atas Nama Cinta” (2012), yang merupakan buku puisi esai pertama yang memperkenalkan genre puisi esai di Indonesia. Buku ini merekam berbagai bentuk diskriminasi yang masih terjadi di Indonesia, meskipun negara ini telah memasuki era reformasi. 

Di dalamnya, terdapat kisah-kisah personal yang mengangkat masalah ketidakadilan sosial, cinta, dan perjuangan yang bertahan di tengah berbagai tantangan politik dan sosial di masa transisi.

Buku kedua adalah “Jeritan Setelah Kebebasan” (2022), yang mencatat konflik-konflik berdarah primordial yang terjadi di Indonesia setelah reformasi. 

Baca Juga: Sekjen SATUPENA: Ubud Writers & Readers Festival dapat Mendorong Kolaborasi Penulis dan Seniman

Buku ini mengisahkan konflik-konflik besar, seperti pertikaian Islam vs Kristen di Maluku, konflik suku Madura vs Dayak di Sampit, kerusuhan anti-Tionghoa di Jakarta, bentrokan suku Bali dengan penduduk asli di Lampung Selatan, serta pengusiran komunitas Ahmadiyah di NTB. 

Konflik-konflik ini menggambarkan betapa rapuhnya kebebasan politik jika tidak disertai dengan keadilan sosial dan kerukunan antar-komunitas.

Buku ketiga adalah “Yang Tercecer di Era Kemerdekaan” (2024), yang menyoroti derita para korban kolonialisme dan pendudukan Jepang di Indonesia. 

Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman

Buku ini mengisahkan nasib para pekerja Romusha yang dipekerjakan paksa oleh penjajah Jepang, gadis-gadis pribumi yang dipaksa menjadi penghibur tentara Jepang, serta perempuan pribumi yang dijadikan gundik oleh tuan-tuan Belanda, yang dikenal sebagai para Nyai. 

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait