Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang Tahun 1960-an
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Minggu, 06 Oktober 2024 18:50 WIB

Kemudian, “Refugee” karya Alan Gratz (2017). Novel ini menceritakan tiga kisah paralel dari tiga pengungsi yang berbeda.
Ada seorang anak Yahudi yang melarikan diri dari Nazi Jerman. Ada pula seorang anak Kuba yang melarikan diri dari rezim Castro. Juga hadir seorang anak Suriah yang melarikan diri dari perang saudara.
Ketiga cerita ini terhubung oleh benang merah yang sama: mereka semua mencari tempat yang bisa mereka panggil rumah, tetapi dunia terus menolak mereka.
Baca Juga: 4 Lukisan Karya Artificial Intelligence Denny JA: Era Dimulainya Karya Kolaborasi Kreator dan AI
Sementara itu, “Exile and the Kingdom” karya Albert Camus (1957) mengeksplorasi pengalaman eksil sebagai bentuk keterasingan, baik secara fisik maupun spiritual.
Para karakternya hidup di luar hidup yang layak masyarakat biasa, terputus dari tempat dan makna hidup.
Ini menggambarkan dengan tepat pengalaman para eksil Indonesia. Mereka terasing dari tanah air dan harus menemukan cara untuk bertahan hidup di negeri yang tidak pernah benar-benar menerima mereka.
Baca Juga: Sekjen SATUPENA: Ubud Writers & Readers Festival dapat Mendorong Kolaborasi Penulis dan Seniman
Dalam menulis tentang para eksil ini, saya menelusuri data sejarah untuk menemukan kisah-kisah yang jarang terdengar.
Dengan bantuan teknologi modern, saya menemukan 15 nama eksil sebagai studi kasus. Namun, untuk menjaga privasi dan memberi ruang untuk interpretasi kreatif, saya memilih untuk menciptakan fiksi tambahan. Tapi kisah nyata hidup mereka dijadikan rujukan.
Mereka adalah individu-individu nyata, historis, yang hidup dalam pengasingan. Tetapi dalam buku puisi esai ini, mereka akan hidup kembali melalui karakter-karakter fiktif.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman
Sebagai penulis puisi esai, saya menggunakan pendekatan ini agar dapat menggabungkan realitas sejarah dengan unsur fiksi dan puisi.