Prabowo di Puncak Popularitas Beserta dengan Tantangan di Masa Mendatang
- Penulis : Bramantio Bayuajie
- Selasa, 22 Oktober 2024 20:02 WIB

Memang ada pertanyaan, seberapa kuat Prabowo akan mengoreksi rapor merah demokrasi di Indonesia. Kebisingan pro dan kontra, konsultasi publik, suara oposisi, di satu sisi terlihat tidak membuat kerja publik menjadi efisien.
Apalagi negara seperti Cina dan Singapura bisa tumbuh secara ekonomi tanpa terlalu banyak memberi ruang untuk demokrasi.
Namun, masalahnya, tanpa demokrasi yang memadai, tanpa check and balances yang cukup, dan tanpa suara oposisi yang kuat, kebijakan yang mungkin salah akan sulit dikoreksi secara kelembagaan.
Baca Juga: LSI Denny JA Rilis Data Tentang Perkembangan Ekonomi 10 Tahun Pemerintahan Jokowi
Demokrasi memberi ruang untuk perbaikan melalui pengawasan, kritik, dan evaluasi, yang justru menjadi instrumen penting untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik.
Tanpa itu, kestabilan ekonomi jangka pendek bisa jadi mengorbankan keadilan dan kestabilan sosial jangka panjang.
-000-
Baca Juga: LSI Denny JA: Peringkat Ekonomi Indonesia Naik Peringkat Dunia Sebesar US$ 1,37 Trilun
Terdapat lima kesimpulan dari rilis kali ini:
Pertama, Prabowo di puncak popularitas. Angka kesukaan terhadap Prabowo mencapai 90.5%. Bahkan jika pilpres dilaksanakan saat ini, dukungan terhadap Prabowo-Gibran mencapai 69.1%.
Gerindra mendapat efek elektoral dari kesukaan Prabowo sehingga naik di peringkat pertama dukungan partai. Makan siang gratis paling populer dan didukung oleh pemilih.
Baca Juga: LSI Denny JA Rilis Data Kepuasan 10 Tahun Pemerintah Jokowi
Lembaga Presiden menjadi satu di antara hanya dua lembaga dengan tingkat kepercayaan di atas 80%.